March 26, 2009

Antara Presiden, Legislatif dan Ketua RT

Baru sadar, mengikuti kompetisi blognya Djarum Black membawaku lebih pemerhati dengan sekitar. Tetapi lebih didorong oleh batas waktu yang tinggal 4 hari lagi. Munculnya ide kreatif untuk artikel berikutnya tidak lagi bisa ditunggu, harus dikejar. Seharian duduk-duduk di tanggul lumpur porong sampek habis sebungkus Djarum Black Slimz gak juga melahirkan tulisan.

Kebetulan sore tadi aku menerima undangan pemilihan Ketua RT yang akan berlangsung hari minggu nanti. Di kebanyakan tempat mungkin sama, bahwa orang cenderung menolak untuk dipilih menjadi Ketua RT. Jika CaPres berjanji dan CaLeg berseru, bagaimana dengan Calon RT?

Masih ingat janji-janji CaPres pada masa pemilihan periode yang lalu? Tetapi sekarang ingatlah kembali dengan CaLeg yang lebih aktif dengan seruan dari pada janji. Janji sebagian CaLeg (semoga hanya satu-dua) lebih diperuntukkan kepada tukang sablon: "Kekurangannya biaya sablon ntar dulu ya..."
Seruan (mirip perintah) CaLeg di bannernya antara lain seperti ini:
- Tegakkan Kebenaran
- Berantas Korupsi
- Lindungi Petani
- Teruskan Pembangunan
- Berjuang untuk Rakyat
Dan masih banyak lagi, tetapi lebih berupa seruan ketimbang janji.

Sayangnya tidak ada ikatan bagi mereka dengan janjinya. Karena janji-janji ini tidak bermaterai apalagi bernotaris. Semoga pemilik janji percaya dengan adanya dosa.

Ketika sudah terpilih dan memasuki masa jabatan, banyak orang menuntut (walau sebatas obrolan di warung) bahwa presiden tidak menepati janjinya. Wajar dong menuntut, karena dulunya kan presiden terpilih memang mintak dipilih. Demikian pula Leg : "Contreng Aku!".

Jawaban dari presiden dan legislatif menanggapi keluhan urusan janji mereka akan selalu ada dan argumentatif. Tetapi pasti tidak seperti tanggapan Ketua RT menanggapi keluhan warganya yang pasti tegas dan seketika:
"Siapa suruh lo pilih gue!"

No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More