March 29, 2009

Berita Musibah Situ Gintung Untuk Tanggul Porong

Turut berduka cita kepada korban yang tertimpa musibah jebolnya tanggul Situ Gintung.

Sebagai penduduk yang tinggal di perumahan dengan jarak yang "terbilang" aman dari ancaman jebolnya Tanggul Lumpur Porong, musibah Situ Gintung yang terjadi Jum`at (27/3) kemarin cukup untuk membuatku ketakutan. Terlebih musibah Situ Gintung terjadi pada waktu kebanyakan orang masih di dalam tidurnya.

AHMAD ZULKARNAIN, Humas Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BP BPLS) kepada suarasurabaya.net menyatakan pihaknya akan lebih waspada. Waspada, tentu semua orang yang berada di sekitar tanggul lumpur Porong juga harus waspada. Hanya saja yang aku tidak mengerti, apa yang seharusnya berbeda jika seseorang sudah waspada?

Jalan Raya Porong yang berhimpitan dengan tanggul juga masih sama sibuknya dengan kemarin dan kemarin-kemarinnya lagi. Mungkin saja mereka yang memadati lalu lintas ini adalah orang-orang yang siap dengan kenyataan apapun. Karena bagiku, hal yang paling mengerikan dan aku hindari adalah berada di dalam mobil dan terjebak macet di Jalan Raya Porong.

Karena jika sampai tanggul luar di sepanjang ruas jalan Porong-Gempol ini jebol, kepadatan lalu lintas akan bagai sampah sungai lumpur yang mengalir deras. Kemudian apa bukti sebuah kewaspadaan dari mereka ini? Kecuali bagi BP BPLS yang bisa menunjukkan bukti kewaspadaannya dengan meningkatkan aktifitas penguatan tanggul.

Ditambah dengan tenggelamnya tanggul cincin mulai minggu lalu, maka tekanan lumpur kepada tanggul luar akan menguat. Sementara tanggul luar sepertinya sudah tidak mungkin lagi diperkuat, baik dengan mempertebal maupun mempertinggi. Melihat terbentuknya tanggul yang berawal dari upaya darurat, maka tanggul ini bukanlah sebuah arsitektur pengamanan dengan perencanaan yang semestinya. Tetapi tanggul inilah satu-satunya yang diandalkan untuk nasib siapapun pengguna Jalan Raya Porong.

Apakah Anda pernah heran dengan orang yang masih meninggali rumahnya yang berada di bawah tanggul? Kok tidak takut, ya? Pertanyaan ini juga ditanyakan oleh siapa saja yang berkunjung dan berdiri di atas tanggul sambil jeprat-jepret dengan kameranya. (Berdiri di atas tanggul? Kok tidak takut, ya?) Juga ditanyakan oleh pengendara yang menghabiskan 2 jam lebih waktunya di dalam mobil yang merangkaki Jalan Raya Porong yang hanya beberapa jengkal dari tanggul. Kok tidak takut, ya?

Jelas-jelas semua mengatakan bahwa radius aman adalah 2,5 sampai 3 kilometer. Entahlah. Hanya doa yang bisa aku upayakan sebagai sikap waspada. Semoga tidak akan ada musibah lagi.

Satu pesan untuk Djarum Black , seandainya Blackinnovationawards memperluas batasan tema untuk konsep desain karya yang dikompetisikan, mungkin saja ada yang memiliki ide brilian untuk Tanggul Lumpur Porong. Karena pemilik ide tersebut mungkin sudah menyampaikannya kepada yang lain tetapi mendapatkan respon: "Who do you think you are?"

Foto-foto berikut aku ambil semasa tanggul di sepanjang ruas jalan Porong-Gempol masih setinggi lutut. Foto yang terkini aku gak punya, maaf, belum ada cukup keberanian untuk berdiri di sekitar tanggul.


Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera 1.
Saat ini sudah total terbenam lumpur.


Pemukiman kampung ini juga total sudah terkubur.
Gundukan tanah itu saat ini sudah setinggi kira-kira 10m.


Zoom dari gambar sebelumnya.


Permukaan lumpur yang mengering,
jangan coba menginjakkan kaki, Anda akan tenggelam!

No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More