March 29, 2009

Janji Calon Ketua RT

Ada yang menarik malam ini. Pemilihan ketua RT. Entah karena tidak dibayar, menyebabkan "terpilih menjadi ketua RT" sebagai sesuatu yang dihindari oleh seluruh warga di lingkunganku. Karena dari pengalaman sebelumnya, memilih calon yang bersedia menjadi ketua RT tidak pernah memberikan hasil, akhirnya seluruh kepala keluarga adalah calon. Heran ya? Gak usah, ini ide bagus loh...

Rapat warga yang rata-rata dua bulan sekali diadakan selalu dihadiri kurang dari setengahnya. Hal ini sempat membuatku dengan sendirinya was-was, bagaimana nanti pemilihan ketua RT bisa berlangsung? Ternyata panitia telah menciptakan sesuatu untuk membuat warga sulit untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Yakni door price. Ada kipas angin, dispenser, seterika dan jam dinding. Ditambah makan malam dengan dua menu yang bisa dinikmati keduanya: Lontong kambing dan lontong sayur.

Kebetulan depan rumah adalah seorang calon yang berpotensi untuk terpilih, Pak Cahyono. Dari pagi dia terlihat berusaha merangsang setiap orang yang ditemuinya untuk tidak memilihnya. Beda ya, sama Caleg? Dan lagi, Pak Cahyono menjanjikan akan memotong kambing buat pesta se-RT jika dirinya tidak terpilih. He..he.. sebegitukah?

Acara berlangsung tertib, lancar dan sukses. Pemilihan dilakukan dengan mencontreng. Hitung-hitung buat pemanasan. Pemilih satu persatu dipanggil oleh panitia untuk mendapatkan kertas suara, kemudian menuju tempat pencontrengan, dan... setelah mencontreng pemilih langsung mendapatkan sepiring Lontong Kambing dengan porsi besar plus es buah. Ehm... gak sabaran lekas nyontreng dan menyantap lontong kambingnya.

Lezat gile. Dan akupun berharap agar Pak Cahyono tidak terpilih, sehingga dalam waktu dekat bisa makan kambing, again. Habis makan bareng-bareng, pedes, tentu suasana harus dijaga tetap cair dengan merokok. Kebetulan aku duduk bersebelahan dengan Pak Cahyono, sedang disebelahku yang lain adalah seseorang yang masih dengan penuh gairahnya melahapi lontong kambingnya. Pak Cahyono bukan perokok, tetapi selalu menjaga ketersediaan rokok, di rumah dan dimanapun. Kalau sedang tidak ada persediaan, dia mesti tanya "Rokoke sampean opo, pak?" (Rokokmu apa, pak?). Bukan berarti dia minta, melainkan hendak membelikan rokok yang sesuai dengan selera. Akupun sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan ini: "Djarum Black, bos!" He.. he.. kalo lagi ada untungnya manggil bos. Sudah tradisi.

Mungkin karena penghitungan belum dilakukan, telah membuat Pak Cahyono tegang. Yang juga telah membuat jawaban yang sudah aku siapkan tak bisa aku cetuskan. Yo wislah, bosnya lagi tegang.

Harapanku terkabul. Pak Cahyono tidak terpilih. Artinya akan makan kambing lagi. Dan tentu saja Djarum Black, persisnya Djarum Black Slimz. Meski persediaan rokok masih ada, gak pantas menolak rejeki.

"Pak, kuwalat sampean kalau ingkar janji!" itulah yang aku sampaikan sebagai ucapan selamat kepada Pak Cahyono. Sekaligus buru-buru berpamitan pulang untuk lekas menulis posting ini.

1 comment:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More