March 23, 2009

Cerita dari yang Sudah Mati tentang Pajak

Bukan hanya Anda yang takut kepada kematian (maaf jika Anda tidak takut), yang sudah pernah matipun bahkan lebih ketakutan. Ada yang mengatakan kepada saya, mengapa orang mati tidak ada yang kembali? Mungkin karena tidak bisa, tetapi lebih karena dia tidak mau mati yang ke dua kalinya. Maka sangat wajar kematian ditakuti oleh yang masih hidup dan oleh yang sudah mati sekaligus.

Walau ada orang mati yang ingin kembali ke dunia hanya untuk membayar Pajak dengan benar, baginya seburuk tempatnya sekarang masih mending daripada harus hidup dan mati lagi. Seandainya sosok ini hidup kembali menemui kita, berikut adalah yang akan disampaikannya:

Di sana, setiap manusia akan mempertanggungjawabkan harta kekayaannya. Mirip seperti kewajiban melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan semasa masih hidup di dunia. Walau sangat berbeda, tetapi hanya inilah yang paling serupa yang bisa dimengerti oleh yang masih hidup. Karena tidak semua hal bisa dijelaskan dengan tulisan, kecuali mengalaminnya sendiri.

Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sama juga seperti bagaimana seorang suami bisa menjelaskan rasanya Djarum Black Slimz kepada istrinya, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili Smooth Softnya Slimz. Kecuali Anda menyulutnya sendiri.

31 maret 2009 beberapa hari lagi, adalah terakhir penyerahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (sekaligus terakhir artikel Djarum Black Blog diposting oleh BLACKer). Berikut adalah sedikit dari banyak hal unik di Bulan Maret yang telah dilakukan oleh beberapa orang yang masih hidup mewakili kisah untuk kelompoknya:

Nawi, karyawan yang baru selesai mengurus Pendaftaran NPWP. Bulan ini adalah pertama baginya mengisi formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan WPOP (=Wajib Pajak Orang Pribadi). Nawi tidak merasakan perubahan apa-apa antara memiliki NPWP dan tidak. Walau Nawi hanya memasukkan 1 dari 3 mobil mewahnya sebagai kekayaan yang dimiliki, dan memasukkan sekotak perhiasan yang tidak dimilikinya.

Roy, perangkat desa kawakan yang sangat patuh dengan undang-undang. Meski usaha wartelnya sudah kempis-kempis, Roy ikhlas untuk membayar 150rb pada bulan maret setiap tahunnya sebagai imbal jasa kepada yang mengerjakan formulir pajaknya.

Bejo, pengusaha kecil yang sudah memiliki NPWP Badan dari 4 tahun yang lalu. Bejo bukan sosok berpendidikan yang peduli dan banyak tahu tentang perpajakan. Tetapi dia sangat hafal dengan fluktuasi suku bunga pinjaman. NPWP didapatkannya "paket" bersama dengan pinjaman senilai 75juta. Pengurusan Paket ini keseluruhannya Bejo pasrah bongkokan kepada Rodin marketing bank dengan imbalan jasa senilai 1 juta lebih. Sekalipun Bejo belum pernah membayar pajak usahanya, tetapi sedikitpun dia tidak merasa telah melalaikan kewajiban.

Bayu, pengusaha menengah yang sukses di bidang pertanian. Kisahnya tidak banyak berbeda dengan Bejo, tetapi usaha Bayu benar-benar "boom". Entah mengapa bulan lalu Bayu mendapatkan surat teguran dari kantor pajak berkenaan dengan tidak pernah melapor. Beruntunglah Bayu memiliki keponakan yang kebetulan bekerja di kantor pajak. Kepada keponakan yang masih karyawan muda ini Bayu minta diciptakan dirinya hanyalah pengusaha kecil yang hanya memiliki seperlima dari kekayaan yang sebenarnya. Sampai sekarang Bayu masih saja protes kepada siapa saja yang dijumpainya. Dia menghukumi kecurangan yang dilakukannya adalah tidak sebanding dengan uang rakyat yang banyak dikorup. Sampai kepada penyesalannya mengapa dulu mendaftar NPWP: "Kenapa tidak bisa dicabut? Kalo harus bayar pajak bagaimana bisa untung...?!"

Koko, seorang karyawan pabrik yang nyambi konsultan akuntansi yang di bulan-bulan begini adalah musim panen dengan jasa ecerannya. Sangat piawai dalam profesinya. Jago sulap walau gak pernah manggung. Memiliki 6 karyawan yang kesemuanya masih mahasiswa. Walau dari usaha ini Koko bisa beli mobil untuk setiap musimnya, Koko hanya memiliki NPWP Pribadi yang didaftarkan kolektif oleh perusahaan tempat bekerja.

Tamya, karyawan staff yang sering mengerjakan tugas "mensiasati" laporan keuangan untuk perusahaan tempatnya bekerja. Dan sekarang sudah meninggal. Mungkin Tamya ingin berpesan: "Setelah mati, tidak sebesar atompun mampu engkau sembunyikan kebohonganmu!"

1 comment:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More