March 29, 2009

Kata Wanita tentang Merokok

Apakah Blacker yang lain juga pada memaksakan tema tulisannya ya? Bagi yang pandai menulis mungkin kepayahan juga loh kalau dia bukan perokok, dan hanya sedikiiit sekali mengenal dari 13 keywords yang diwajibkan. Terlebih jika dalam blognya sudah terlanjur ada tulisan yang menyudutkan perokok. Gak lucu kan kalo mengkampanyekan stop merokok, sementara dia mengharapkan Notebook Acer dari pabrik rokok, he.. he.. payah.

Swear, sebenarnya aku sangat meginginkan berhenti merokok. Tetapi bagaimana aku meninggalkan sesuatu yang sudah kujadikan pembuka hari? Setiap malam menjelang tidur, aku harus memastikan bahwa setidaknya ada sebatang untuk pembuka hari esok. Kedengaran gilakah? Istriku bilang, "Ada yang tidak beres jika suamiku berhenti merokok!" (diPHK misalnya?)

Perokok atau bukan adalah yang paling menentukan pendapat orang itu tentang merokok. Ini artinya pendapat tentang merokok adalah subyektif. Berbeda dengan pendapat tentang tindak korupsi. Koruptor atau bukan akan dengan tegas menyerukan hal yang sama tentang tindak korupsi. Persis! Inilah uniknya rokok.

Aku telah mencoba melakukan semacam reportase (gaya rèk) pendapat kepada beberapa wanita yang suaminya tidak merokok. Pandangan dan komentar mereka ternyata menarik juga untuk diposting.

Kepada mereka aku selalu membuka dialog dengan pertanyaan, "Apa pendapatmu dengan BLACK?" Semula aku berpikir mereka akan balik menanyakan, "Black apaan?" Eh, ternyata tidak. Tanpa kesepakatan, dari total yang hanya tiga wanita, semuanya memberikan respon awal yang sama, "Maksudnya Djarum Black ? Yang di iklan-iklan itu?" (Bravo BLACK!).

Hanya tiga wanita yang bisa aku dengar komentarnya, karena yang lain suaminya pada perokok. Wanita pertama bernama Yusi, semula memang mengatakan iklannya bagus, tetapi setelah aku minta komentarnya tentang merokok, ampun, seperti aktifis sedang orasi. Dengan berapi-api dia paparkan dengan derasnya tanpa jeda tentang sisi buruk merokok. Untuk ambil nafasnya sendiri saja seperti disempet-sempetin. Anda tentu bisa menerka dengan tepat apa yang telah disampaikan Yusi kepadaku. Maka tidaklah ada perlunya aku menuliskanya di dalam posting ini.

Wanita kedua bernama Sonya. Tentang merokok, masih serupa dengan komentar Yusi, tetapi disampaikannya dengan datar, sepotong-sepotong, cuek dan ceplas-ceplos. Ketika aku tanyakan apakah suaminya merokok, dia bilang ya dan tidak. Ya bilamana sedang berada di antara teman-teman yang perokok. Tuh, benar kalau ada yang bilang bahwa rokok adalah negosiator terbaik. Ketika dia tanya rokokku dan aku menjawabnya Djarum Black Slimz, bukan "Slimz" yang terkesan melainkan "Black". "Kok Black sih, emang rokoknya berwarna item? Ada gak sih rokoknya Black yang gak keluar asapnya?" Begitulah gayanya yang ceplas-ceplos mengakhiri pembicaraan.

Terakhir adalah Rita. Yang disampaikan istri Pak RT ini beda sekali. Dia bisa memilah mana orang yang gak tahu diri merokok tidak pada tempatnya, dan mana perokok yang baik (kosa kata baru nih, "perokok yang baik"). Sedangkan yang aku maksud beda adalah demikian, "Eh, Djarum Black ada yang rasa kopi, ya? Yang diproduksi Djarum apaan aja sih? Emang ada permen juga?" Dia juga mengakui bahwa di kalangan teman-temannya (wanita) sebagian juga perokok, yang kemudian pengakuannya ini ditutup dengan, "Kalo aku enggak lah ya, masa Bu RT ngerokok?"

Disimpulin sendiri, ya?

2 comments:

  1. Asik tulisannya palagi yang terakhir itu, ibu rt ngerokok ky nya dia Hehe
    Rokok ku Djarum black slimz jg py sesekali aja sicchh.. NOT SMOKER HOLIC ;).

    ReplyDelete
  2. hehehe...suka ma artikel rokok
    sayangnya saya tidak suka merokok

    ReplyDelete

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More